PT Depriwangga-om, Pengalaman Manis Meski Agak Pahit di Belakang

PT Depriwangga-OM adalah sebuah perusahaan Indonesia yang bergerak dalam bidang Operation and Maintenance. Lingkup pekerjaan sebagian besar di perusahaan Migas - onshore maupun offshore.

Dalam bidang Operation and Maintenance, PT Depriwangga memberikan layanan Plant Maintenance, Facility Management, Operation Support, Operation Readiness, Crane Services, serta melayani Preventive and Corrective Maintenance dengan operasi yang berorientasi keselamatan.

pt-depriwangga-om


PT Depriwangga-OM adalah perusahaan terakhir tempat saya bekerja, sebelum artikel ini saya tulis. Dan, perusahaan terlama yang saya ikuti, ya sekitar 3 tahun. Sebelumnya, PT Wasa Mitra Engineering yang paling lama, sekitar 2 tahun. Waktu itu awal tahun 2011 sampai akhir 2012 di proyek PLTU Jenu Tuban.

Di artikel ini saya ingin membagi pengalaman selama bergabung dengan PT Depriwangga OM di onshore Gresik. Banyak pengalaman berharga yang saya dapat, meskipun pada akhirnya ada sedikit rasa pahit yang saya rasakan.

Awal mula bergabung dengan perusahaan kontraktor asal Jakarta ini sekitar bulan Agustus 2019. Waktu itu, setelah job selesai di Petrokimia ikut kontraktor PT Global - menggarap instalasi Palletizer Robotic System, saya ditawari teman dekat untuk mengirim file lamaran kerja ke PT Depriwangga-OM selaku kontraktor pemenang tender di onshore.

Melalui beberapa test kualifikasi secara online, kemudian saya lulus dan menanda tangani kontrak kerja awal selama enam bulan.

Pada awal kontrak dengan PT Depriwangga-OM saya sempat ragu, ini kan kontrak proyek Flange Management System, bukannya ini proyek yang tidak melibatkan banyak orang? Tapi seiring waktu berjalan saya baru paham alasannya.

Ceritanya begini. Di onshore (OPF), setiap ada job - istilah umumnya Call Off – harus dikerjakan dengan cepat dan tepat waktu. Karena ini berkaitan dengan proses produksi migas. Oleh karenanya kontraktor harus merespon Call Off ini dengan secepat mungkin.

Supervisor kemudian terjun ke lapangan untuk melakukan berbagai hal sesuai jenis Call Off-nya. Melakukan survey, inspeksi dan evaluasi, pengukuran, dismantling equipment, atau instalasi.

Oh, ya. OPF atau Onshore Processing Facility adalah sebuah fasilitas (pabrik proses) yang mengelola dan memproses minyak bumi menjadi barang jadi seperti minyak atau gas yang lokasinya berada di daratan. Kalau offshore sebaliknya, offshore letaknya di lautan. 

Ok kita lanjut. Pada saat pekerjaan berlangsung, Supervisor juga harus tetap stand by di lokasi, untuk mengarahkan, mengawasi dan memantau proses pekerjaan sampai selesai. Tidak boleh ditinggal, karena work safety juga menjadi tanggung jawabnya. Juga, kita tidak bisa berkomunikasi dengan pihak luar karena dilarang  membawa peralatan elektronik seperti HP dan semacamnya.

Lalu, bagaimana koordinasi dengan klien bila tiba-tiba dibutuhkan?
Atau memasukkan peralatan dan konsumable dari vendor, dokumen-dokumen, atau keperluan lain yang berkaitan dengan pekerjaan yang sedang berlangsung di lapangan?

Nah, dari sinilah kemudian dibutuhkan personil pendukung yang bisa bergerak cepat memback-up semuanya. Punya manage yang bagus dan siap ‘menjemput bola’ kapanpun dibutuhkan.

Berawal dari situ, kemudian saya bersama supervisor yang lain membagi tugas. Saya mengawal pekerjaan di lapangan sebagai leader flange management - karena (maaf - mungkin) saya lebih berpengalaman dan banyak makan garam di dunia proyek konstruksi baja, piping maupun maintenance. Dan teman saya supervisor yang mempunyai banyak pengalaman manajemen, yang memback-up pekerjaan dari sisi manajemennya.

Lebih tepatnya, saya fokus menggarap tugas di lapangan, dan teman saya Supervisor Multidisiplin. Dia yang menggarap berbagai hal mulai dokumen-dokumen sampai berkoordinasi dengan klien. Suatu kolaborasi yang sangat tepat, dan ini terbukti sukses. Dan Alhamdulillah, semua job dari user finish tanpa kendala.

Apa saja tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dan berkolaborasi dengan teman saya. Berikut adalah beberapa rangkaian tugasnya.

Tugas dan Tanggung jawab Sebagai Leader di Onshore

Entah nama jabatan apa yang cocok, Leader atau Supervisor, tak pernah terpikirkan. Intinya, tugas dan tanggung jawab sebagai leader di proyek Onshore Processing Facility secara terperinci bisa saya uraikan sebagai berikut:

pgn-saka-gresik
Berteduh ketika gerimis datang, sambil speak-speak.

1. Sebelum aktifitas:

  • Melakukan survey ke lokasi kerja.
  • Mempersiapkan schedule kerja dan kebutuhan manpower.
  • Mempersiapkan kebutuhan material proyek.
  • Mempersiapkan peralatan (tools) dan konsumable.
  • Mempersiapkan perizinan di lapangan, seperti: TRA, WMS, Work Permit, dan perizinan lainnya.
2. Saat beraktifitas:
  • Memimpin technical meeting / toolbox meeting sebelum mulai kerja.
  • Melakukan koordinasi dengan Area Authoritas terkait.
  • Mengawasi, mengarahkan dan mengontrol pekerjaan
  • Memberi solusi dan keputusan bila ada kendala / masalah.
  • Turut memantau dan menjaga keselamatan kerja dan lingkungan sekitar.
  • Membuat laporan hasil pekerjaan.
  • dan masih banyak hal lainnya terkait manajemen proyek.

Tahap-tahap yang dilakukan Leader/Supervisor Lapangan


Tahapan berdasarkan pengalaman selama mengerjakan kontrak proyek Flange Management System (FMS) bersama PT Deperiwangga-Om di OPF.

Berikut tahapan pekerjaan yang dilakukan Leader / Supervisor lapangan ketika ada Call Off di OPF.

1. Survey Lokasi dan Pengukuran

Leader melakukan survey lokasi, dan inspeksi material sebelum pemasangan di site.
Setiap ada Call Off, leader bersama satu atau dua orang fitter / technician melakukan survey ke lapangan. Mengamati langsung ke lokasi, melakukan inspeksi dan identifikasi bila ada kerusakan equipment, atau melakukan pengukuran bila ada tambahan support pipa dan pekerjaan fabrikasi lainnya. Aktifitas ini saya lakukan sebelum maupun sesudah fabrikasi selesai.

Tahap-tahap pekerjaan survey dan pengukuran meliputi:
  1. Koordinasi dengan requestor, pihak yang memberikan job kepada kontraktor.
  2. Survey lokasi, melihat dan mengamati langsung kondisi dan lokasi pipa atau equipment yang akan diperbaiki, diganti, atau ada modifikasi tertentu sesuai permintaan.
  3. Memeriksa dan mencatat secara detail ukuran, dimensi, class, rating valve, ukuran baut, tools dan konsumable yang dibutuhkan, dan lain-lain sesuai aktual di lapangan apabila ada equipment atau komponen pipa yang perlu ganti atau direpair.
  4. Mengukur dimensi pipa, support, spesifikasi material, evaluasi akses pemasangan, kendala dan potensi bahayanya, dan lain-lain termasuk bila ada additional dan pemasangan pipa atau pipe support.
  5. Koordinasi dengan requestor mengenai hasil survey.

2. Membuat Gambar Desain Fabrikasi / Shop Drawing

Membuat desain gambar fabrikasi support dan spool pipa. Bila pekerjaan berkaitan dengan penggantian dan penambahan pipe spool maupun pipe support, tanpa ada vendor, saya kemudian mendesain gambar/drawing sendiri sesuai aktual di lapangan. Sebenarnya ini tugasnya Drafter, tapi saya kerjakan sendiri karena tidak ada support personil.

Untungnya saya juga punya skill untuk melakukan pekerjaan ini, dan tentunya selalu berkoordinasi dengan teman Piping Engineer – ahlinya sistem perpipaan.

Berbekal laptop jadul (karena tidak ada jatah laptop dari perusahaan) saya harus membuat drawing secepatnya untuk direview oleh requestor. Ini pekerjaan berat yang sangat menguras tenaga dan pikiran. 

Seperti kita diketahui, pekerjaan di onshore (OPF) tidak boleh ada kesalahan. Prosedur fabrikasi maupun spesifikasi material harus sesuai standar yang sudah diketentuan. Dimensi pipa atau pipe support juga harus benar-benar pas pada saat pemasangan di lokasi. Jadi benar-benar harus diperhitungkan dan diestimasi secara cermat.

Kerja sampai larut malam, itu pasti. Karena saya harus buka tutup dokumen, dan mencari referensinya. Selanjutnya, saya berkonsultasi dengan teman saya, seorang Piping Engineer untuk mereview draft gambar tersebut.

3. Menyusun Cost Estimasi 

Di sini, saya hanya memberi masukan mengenai detail dan spesifikasi kebutuhan material, jumlah manpower, dan estimasi jumlah hari kerja (work schedule). Cost Estimasi proyek kemudian dibuat dan dikirim oleh teman saya, atau staff managemen.

4. Meeting Task Risk Assesment (TRA) dan Work Permit

Leader melakukan meeting TRA dan menyusun dokumen Work Method Statement (WMS) sebagai persyaratan mengajukan Ijin Kerja (work permit) sebelum beraktifitas di site onshore.

Task Risk Assesment memiliki pengertian yang sama dengan JSA (Job Safety Analysis) yaitu teknik manajemen keselamatan yang berfokus pada identifikasi bahaya dan pengendalian bahaya, yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan yang akan dilakukan.

Meeting TRA ini dilakukan bersama perwakilan personel dari pihak-pihak yang terlibat, yaitu: Job Requestor  (pihak yang memberi job: bisa dari divisi maintenance, electrical, instrument, maupun engineering), Operation, HSE officer, kemudian perwakilan kontraktor (supervisor yang terlibat di site).

Beberapa item penting yang didiskusikan dalam meeting TRA adalah mengenai step by step metode kerja, resiko dan bahaya, kemudian tindakan pencegahan. (Penjelasan secara lengkap mungkin akan saya ulas di artikel selanjutnya).

Hasil meeting TRA tersebut kemudian dicetak dalam sebuah dokumen dan dilampirkan dokumen lainnya yang nantinya digunakan untuk mengajukan Work Permit. Supervisor statusnya di site nantinya akan menjadi PA atau Performing Authority, yang bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Sekaligus mengawasi dan menjaga keselamatan kerja dan lingkungan sekitar area kerja.

Work Permit bisa diajukan ke CCR (Central Control Room) oleh safety officer, supervisor, atau manpower lainnya tapi dengan syarat harus sudah lulus training ICOW yang diselenggarakan perusahaan terkait.

5. Fabrication Activity

Aktifitas sebelum dan selama proses fabrikasi baja – pipe spool, pipe support, dan fabrikasi baja lainnya.

Bersama tim mempersiapkan dokumen dan material untuk fabrikasi spool pipa, pipe support, atau fabrikasi baja lainnya sesuai permintaan user (requestor). Fabrikasi pipa dan struktural biasanya dikerjakan oleh sub-kontraktor terpercaya rekanan Depriwangga-om.

Bersama tim dan klien, ada saat kemudian melakukan withness, inspeksi, memantau proses fabrikasi, NDT, hydro test sampai mobilisasi material ke OPF.

6. Dismantle & Installation

Di site, seorang Leader/Supervisor bertindak sebagai PA (performing Authority), orang yang bertanggung jawab terhadap scope pekerjaan dan berbagai resikonya.

pgn-saka-gresik
Inspeksi internal saat dismantle side cover of regen gas heater

Secara garis besar, scope pekerjaan leader/supervisor untuk pekerjaan dismantle dan instalation bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Pekerjaan piping dan struktur baja.
  • Pekerjaan ini meliputi: modifikasi dan pemasangan spool pipa, flange management, instalasi pipe support, platform akses, dan penambahan support-support lainnya.

2. Pekerjaan maintenance (perbaikan dan perawatan). 
  • Pekerjaan ini meliputi: repair & instalation valve, shutdown works, flange management, dan semua pekerjaan yang berkaitan mesin. 

Catatan: 
Sebagai leader/supervisor lapangan, menggarap proyek di OPF (Onshore Processing Fasility) akan sedikit lebih was-was dibandingkan dengan lokasi lainnya. Karena ini berdampingan langsung dengan proses produksi migas. Jadi harus ekstra hati-hati dan waspada, “work safety is number one”. Dan perlu diingat, Tidak boleh melakukan kesalahan!

Pekerjaan instalasi di site dimulai dengan mengajukan work permit ke PTWC di Central Control Room (CCR) dengan melampirkan TRA dan photo target. Input Work Permit paling lambat sehari sebelum pekerjaan dimulai.

Kadang, sebagai Performing Autority juga diminta untuk menjelaskan skup pekerjaan. Di sini, sebagai leader harus bisa menyampaikan dan meyakinkan kepada petugas Area Authority mengenai langkah-langkah kerja, bahaya dan cara antisipasinya. Termasuk type gasket, baut, nilai torsi (torque) dan berbagai teknikal lainnya, bila job berkaitan dengan piping.

7. Report of Work

Membuat laporan pekerjaan. Koordinasi dengan job requestor (klien) untuk menjelaskan bahwa pekerjaan sudah selesai. Mengisi nilai torque yang dipakai pada form yang sudah disediakan di CCR. Kemudian perwakilan dari job requestor akan mengecek langsung ke lokasi. Sedangkan dokumen tertulis Report of Work akan dikirim berikutnya.

pgn-saka-onshore-gresik
Kalau gak ada orang, yaa kadang selfi-selfi xixixi

Itulah sebagian aktifitas yang saya lakukan sebagai karyawan kontrak PT Depriwangga-OM selama bekerja di lapangan proyek onshore. Meskipun secara fisik lebih ringan tapi secara psikis ada sedikit ‘beban lebih’ bila dibandingkan pengalaman saya bekerja di proyek lain. Sampai kepala botak..wkwk..

Conclusion

Jujur, saya sangat berterima kasih kepada seluruh staf dan karyawan PT Depriwangga-OM yang selalu men-support pekerjaan. Banyak pengalaman berharga yang saya dapat. Saya juga respect kepada manajemen perusahaan, karena mereka sangat menghargai hak-hak karyawannya. Berbagai tunjangan juga diberikan sesuai peraturan yang berlaku, di perusahaan lain mungkin jarang ada beginian.
Tapi.......................?

Update!

Klarifikasi selesai dari HRD pusat, Jakarta (16/08/2022), yang intinya memang ada mis-informasi. Jadi, Ya sudahlah, semoga ke depannya PT Depriwangga OM semakin solid dan tetap terjaga profesionalitasnya.

Dan, saya percaya; Skenario Tuhan pasti lebih hebat dari buatan manusia. Saya berterima kasih kepada seluruh personil tim Depriwangga yang selalu kompak dan solid.

Buat yang lagi jauh di negeri Ratu Elizabeth, bila tak sengaja kesasar ke artikel ini, senyum saja, ya, he he...Seperti inilah pekerjaan ayahmu, yang tak pernah diceritakan. Namanya juga orang proyek, jadi kuli dan pindah lokasi itu biasa. Tetap semangat belajar yaa.

Semoga pengalaman yang saya ceritakan ini ada manfaat, terutama buat tim DW-OM. Semua ini apa adanya. 

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama